Monyet Mungil Segenggaman Tangan : SELAMATKAN
Indonesia negara kaya akan habitat, flora dan fauna eksotik, karena
alam di katulistiwa mengakomodasi kehidupan, hutan dan habitat alami
yang luas. Tetapi sayangnya laporan dari badan internasional yang
mengelola data mahkluk hidup flora dan fauna dan habitat alami,
Indonesia merupakan negara dimana mahkluk hidup dan habitat alami secara
mantap, konsisten menurun bahkan ada yang sudah sampai tahap punah.
Faktanya adalah habitat alami sepetri hutan di Kalimantan, Sumatera dan
Papua, apalagi di Jawa, luasannya telah menurun secara drastis dalam 50
tahun terakhir. Dampaknya langsung pada satwa dan flora yang hidup di
dalamnya.Penurunan kualitas lingkungan tersebut kebanyakan
diakibatkan oleh ekspansi manusia baik melalui perusahaan yang mendapat
ijin legal merambah hutan maupun oleh komunitas masyarakat sekitar
habitat alami itu.
Contoh klasik adalah punahnya Harimau Jawa,
populasi Orang Utan yang hampir punah, badak Jawa yang
tersisa di Ujung Kulon dengan jumlah kritis, Harimau Sumatera yang terus
merosot jumlahnya akibat perluasan perkebunan sawit, dan penangkapan
oleh warga, demikian juga burung Merak yang eksotis hanya tersisa
sedikit di suaka margasatwa di Jawa Timur. Selain fakta yang
membuat hati miris tersebut, konservasi dan kepedulian masyarakat
juga tidak memadai untuk dapat mengembalikan atau setidaknya mempertahankan laju kepunahan satwa-satwa tersebut.
Salah satu
satwa yang masuk dalam 25 (dua puluh lima) PRIMATA (jenis kera) YANG
PALING TERANCAM PUNAH di seluruh dunia adalah TARSIUS TUMPARA (lihat
foto).
TARSIUS TUMPARA adalah Monyet Tarsius yang ukurannya
sangat kecil, dimana dewasanya hanya segenggaman tangan orang dewasa.
Mahkluk ini nokturnal alias hewan tyang beraktifitas waktu malam, dan
siang hari hanya bersembunyi di pohon-pohon. Makanannya adalah serangga.
TARSIUS
(tersier) tersebar dari Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara kepulauan Siau, Sangihe, Talaud sampai dengan Filipina, dan
terdiri dari berbagai macam species. Spesies TARSIUS TUMPARA hanya di temukan di
sebuah pulau vulkano aktif yaitu Pulau Siau di Kabupaten
Siau-Tagulandang-Biaro (SITARO) di Sulawesi Utara.
Kami masih
ingat saat masih kecil, buruh pemanjat kelapa sesekali berhasil
menangkap TUMPARA (nama binatang ini dalam bahasa daerah SIAU), dan
biasanya mereka memberikannya kepada anak-anak untuk dijadikan mainan.
Tapi anehnya, hewan ini memiliki perasaan seperti manusia. Kalau ia
ditangkap dan terpisah dari kawanannya, maka ia akan terlihat sangat
sedih, tidak mau aktif, bahkan tidak mau makan, dan cepat mati.
Ternyata
TARSIUS TUMPARA hidup sosialnya mirip manusia. Mereka
hidup berkelompok kecil, dan membentuk "keluarga". Sepasang TUMPARA
akan kawin dengan pasangannya, dan tidak akan pernah pindah
pasangan selama pasangannya masih hidup. Ini agak aneh memang.
Sepertinya TUMPARA yang tertangkap, dikurung akan mati akibat sedih dan tidak mau
makan, karena terpisah dengan "keluarganya".
Dan masih ada
keunikan eksotis dari satwa ini, yaitu mereka TIDAK DAPAT DITANGKAR
atau DIPELIHARA (to be domesticated) untuk dikembang biakkan atau dijadikan PET. Sekali habitat atau lingkungan hidupnya berubah
dari habitatnya yang biasa ia tinggali, maka gejala sedih dan tidak mau
makan itu muncul, dan akibatnya semua satwa yang coba ditangkar itu
mati.
Kami hanya menemukan satu informasi, di Filipina, ada
penangkaran yang ada harapan berhasil meskipun kecil, karena orang Filipina
membuat penangkaran menyerupai dan lokasinya pada lingkungan aslinya yaitu mempertahankan tempat di dekat habitatnya.
Sayangnya TUMPARA di
Siau sangat terancam punah (status internasionalnya : CRITICALLY
ENDANGERED - satu tingkat sebelum EXTINCT = PUNAH), dan sangat
dilindungi.
Ancaman terutama datang dari warga yang tidak tahu status
satwa ini, dimana satwa ini kapan ditemukan langsung diburu untuk. Ini praktek yang tidak terpuji. Dan upaya konservasi dari
Pemerintah dan masyarakat setempat belum serius.
Ancaman lain
datang dari habitat yang terus tergerus oleh perluasan aktifitas manusia
seperti perluasan lahan perkebunan (P. Siau adalah PENGHASIL
PALA TERBAIK DI INDONESIA dan DUNIA) dan aktifitas Gunung Api Karangetang yang
merupakan sebagian besar wilayah pulau kecil itu sering terkena dampak aktivitas vulkanik.
Saat ini memang
sudah mulai ada peningkatan kepedulian dari sebagian masyarakat dan
aktifis lingkungan serta Pemerintah Daerah. Publikasi seperti
tulisan ini semoga dapat membantu masyarakat Pulau Siau untuk melakukan
langkah pencegahan kepunahan satwa cantik ini dengan cara mengetahui
habitat hidup satwa ini agar tidak menginvasinya dengan membuka kebun,
dan membantu pemerhati dan aktifis lingkungan untuk aktif melakukan
penelitian, dan juga menggugah Pemerintah Daerah melakukan tindakan
nyata dengan mendukung aktifitas konservasi alam.
Berikut ini
adalah website dari lembaga internasional yang membantu mendata dan
memberi status dan informasi mengenai satwa seluruh dunia. Dan inilah
status dari TARISU TUMPARA :
Kami
sangat ingin sekali menghimbau dan mengkampanyekan kepada pihak-pihak
terkait (Pemerintah, NGO, Masyarakat P. Siau) untuk meningkatkan usaha
KONSERVASI satwa TARSIUS TUMPARA, karena satwa eksotis species TUMPARA
ini hanya ada di P. Siau (Spesies Tarsius lain hidup di P. Sangihe,
Taman nasional Tangkoko Batu Angus di Bitung, Sulawesi Tengah dan Filipina).
MONYET TERKECIL DI DUNIA, adalah berkah Ciptaan
TUHAN yang luar biasa indah. Selamatkan, konservasi dia.
Kami juga menulis di Kompasiana :
http://www.kompasiana.com/petra.sembilan/save-monyet-termungil-segenggaman-tangan_55b9c12bc923bd7305a0dc64
Comments
Post a Comment