TV LED 32 inch, CARA MEMBANDINGKAN YANG TERBAIK
Beberapa hari lalu, anak ngotot minta dibeliin TV LED, alasannya sangat sederhana. PS3 yang baru dibelikan sebagai hadiah naik kelas sama sekali tidak kompatibel dengan TV lama yang hanya mengandalkan kabel Audio video RCA standar.
PS3 outputnya berkualitas HDMI, jadi jika dimainkan di TV "biasa" melalui kabel AV RCA, maka kelebihan PS3 tidak akan maksimal muncul, terutama warna dan kualitas pixel. Warna tidak akan muncul, jadi tayangan video-nya lebih mirip TV hitam putih dengan sedikit warna yg bisa muncul. Demikian juga sisi kualitas gambar, bintik pasir halus tentu saja kelihatan.
Jadi kami menilai permintaan anak kami ini tidak mengada-ada, melainkan perlu didengar aspirasinya untuk dilaksanakan. Maka kami pun mencari referensi TV LED yang memang dibuat kompatibel HDMI.
Tentu saja seperti membeli alat elektronik rumah tangga lainnya, langkah awal adalah melihat display di Xaxxefour, super market yang memajang banyak TV display. Dari display itu kita dapat melihat sendiri kualitas dari TV-TV yang dipajang, begitu juga ukuran. Sales yang menjaga stand elektronik juga ramah, mereka dengan senang hati memberi informasi penjelasan meski kita tidak jadi membeli.
Dari informasi itu, banyak hal yang dipetik. Antara lain kami tahu TV-TV itu berbeda teknologi screen-nya, ada yang "hard panel" ada yang soft. Si sales mendemonstrasikan hardpanel merk TehSiba dengan cara mengetok-ngetok, dan softpanel merk Samsul seperti layar monitor laptop atau LED PC, kalo ditekan kayak nekan lembut di atas air ada riak gelombang kecil. Tapi sejatinya perbedaan ini tidak ada hubungannya dengan kualitas gambar. Lagian nggak ada orang yg akan nekan-nekan screen TV bukan? Jadi mestinya soal keamanan segi fisik ini hanya jaga-jaga aja jangan si kecil nusuk monitor TV soft panel make ujung pinjil. Langsung rusak deh.
Dari segi kualitas gambar, kami jamin anda pasti sulit membedakan, sumpah, karena anda dapat membedakan 2 hal secara visual, hanya apabila 2 hal visual itu anda lihat secara BERSAMAAN & DALAM SATU RUANG FOKUS PANDANG anda. Jika anda melihat kualitas gambar 1 TV lalu melihat kualitas gambar TV lain di ruang pandang yg berbeda saat yang berbeda, maka otak anda tidak dapat menyimpan perbedaan itu. Jadi yang otak anda lakukan kemudian adalah menyimpulkan bahwa perbedaan yang terjadi AKIBAT PENYETELAN.
Untungnya kami mendapat kesempatan yang baik, ketika supermarket memasang display TV berdampingan dalam kolom-kolom. Dalam satu kolom dari atas ke bawah dipajang TV LED mulai dari 55", 40", 32" dan 24". Kolom berikutnya TV merek lain dengan ukuran yang hampir setara. Dan video yang diputar pada 2 kolom berdampingan itu sama, sehingga kita dapat membandingkan kualitas gambarnya.
Dengan metode pengamatan ini, jika anda melihatnya dari jarak dekat, katakanlah 2-3 meter, kami katakan anda tidak akan dapat melihat bedanya. Semua terlihat sama bening, terlihat gambarnya sama cantik. Tetapi untungnya kami tanpa sengaja melihatnya dari jarak cukup jauh sekitar 7 meter.
Dari jarak itu, anda dapat melihat bedanya. Mengapa? Karena semakin lebar layar sebuah TV, maka fokus pandangan anda hanya jatuh pada area semput "di dalam" TV nya, anda tidak dapat melihat kedua TV yang berbeda merk itu sekaligus, anda harus pindah-pindah fokus, tetapi jika anda mundur menjauh, maka kedua TV yg berbeda pada posisi berdampingan itu, keduanya masuk dalam area fokus pandang anda.
Dari sinilah kami mengetahui bahwa salah satu TV itu menghasilkan gambar natural, sedangkan satunya lagi cenderung "kurang natural". Contoh paling nyata adalah gambar langit, TV yang satu menghasilkan gambar langit dengan graduasi warnanya mendekati warna aslinya, sementara TV yang satu kelihatan "ada bias" dari warna asli. Birunya terlihat "lain" kurang alami.
Hal lainnya adalah kualitas dan detail gambar. Jika dekat, terlihat kualitasnya sama, tetapi jika dari jauh, maka gambar terbaik yang dapat menunjukkan perbedaan adalah gambar padang rumput yang menguning daunnya kering. Pada shot tertentu gambar pada TV yang satu sudah terlihat "blur" dimana batang-batang rumput, atau ujung-ujung daun sudah mulai tidak kelihatan "bercampur", sementara di TV yang satu, anda masih dapat melihat detail batang buah rumput dan detail ujung daun. Demikian juga "padang rumputnya" pada TV yang satu warna padang rumputnya sudah "mulai homogen kuning" tapi pada TV yang satu, anda masih melihat bintik dan garis-garis dari rumput itu.
Disini kami mulai melihat perbedaan kualitas yang benar-benar nyata.
Apakah metode ini sudah final sehingga kami sudah dapat menentukan membeli TV mana? Ntar dulu. Masih ada satu metode lagi. Menurut penuturan sales di retailer elektronik besar yang lain, kami diberitahu, bahwa ada 2 TV LED dengan kualitas yang sama-sama dapat diadu menggunakan metode di atas, keduanya sama-sama unggul dalam detail dan naturalnya warna.
Tetapi si sales membisikkan "rahasia" : pertimbangkan mata anda. Tadinya kami tidak memahami apa maksudnya, lalu ia memberi alasan "Kalo anda memandang monitor LED komputer/laptop, warna dan detailnya terlalu tajam, bagaimana mata anda?". Kami menjawab "Cepat lelah". Itu dia. Salah satu TV dengan kualitas warna natural dan detail mengagumkan itu, ternyata "unsur kecerahan warnanya" saking tajamnya membuat mata cepat lelah, sedangkan TV LED yang satunya lagi terlihat "cool/adem". Si sales menjamin "ini bukan soal setelan kecerahan, intensitas warna, dll, tapi memang soal teknologi panel TV". Ohhh begitu?
Oke, apakah sudah dapat memilih? Ntar dulu, masih ada faktor penting. Jangan-jangan perbedaan kualitas tersebut di atas ditentukan oleh perbedaan type, artinya "bukan apple to apple". Ternyata tidak demikian, memang TV yang didisplay itu berada pada "level setara". Sama kayak kalo membandingkan mobil Bertiga vs Sipansa, anda harus membandingkan "type tertinggi lawan type tertinggi". Kayak gitulah. Nah sekarang tinggal faktor terakhir dan terpenting HARGA!!!!
Untungnya, karena faktor type di atas sudah diseleksi dan disetarakan, maka faktor harga menjadi "BETI", hampir setara, jadi bukan faktor pembeda lagi. Harganya pada kisaran yang sama atau berbeda tidak signifikan lagi.
Jadi saatnya kami memilih. Apakah membeli di supermarket atau retail elektronik besar? TENTU TIDAK. Pergi ke Pasar elektronika Glogok. :) Glogok pasti lebih murah Rp. 100 s/d Rp. 250.000,-.
Demikianlah kami memutuskan membeli TV LED 32".
Oh ya, satu lagi, ada feature baru yang baru saja ditambahkan produsen yaitu : TV DIGITAL. Banyak TV LED sekarang yang beredar masih ANALOG, artinya anda tidak akan dapat menangkap Siaran TV Digital dari stasion Analog. Saat ini sudah mulai banyak stasiun TV besar memancarkan siaran digital (meski belum semua). Jika TV anda analog, maka siaran digital ini tidak dapat anda tangkap. Tetapi jangan khawatir, karena semua TV Indonesia masih mengudara Analog. Siaran Digital belum dipaksakan oleh UU penyiaran yang baru.
Tetapi jikapun itu nanti dipaksakan, TV Analog anda masih bisa kok berfungsi dengan cara menambahkan alat konversi analog-digital.
Jadi TV LED 32" yang dipinang itu merk apa? Biarkan itu terserah pada kesimpulan anda sendiri. Hanya kata orang, itu bukan buatan China dan bukan buatan Indonesia, buatan negari jiran.
PS3 outputnya berkualitas HDMI, jadi jika dimainkan di TV "biasa" melalui kabel AV RCA, maka kelebihan PS3 tidak akan maksimal muncul, terutama warna dan kualitas pixel. Warna tidak akan muncul, jadi tayangan video-nya lebih mirip TV hitam putih dengan sedikit warna yg bisa muncul. Demikian juga sisi kualitas gambar, bintik pasir halus tentu saja kelihatan.
Jadi kami menilai permintaan anak kami ini tidak mengada-ada, melainkan perlu didengar aspirasinya untuk dilaksanakan. Maka kami pun mencari referensi TV LED yang memang dibuat kompatibel HDMI.
Tentu saja seperti membeli alat elektronik rumah tangga lainnya, langkah awal adalah melihat display di Xaxxefour, super market yang memajang banyak TV display. Dari display itu kita dapat melihat sendiri kualitas dari TV-TV yang dipajang, begitu juga ukuran. Sales yang menjaga stand elektronik juga ramah, mereka dengan senang hati memberi informasi penjelasan meski kita tidak jadi membeli.
Dari informasi itu, banyak hal yang dipetik. Antara lain kami tahu TV-TV itu berbeda teknologi screen-nya, ada yang "hard panel" ada yang soft. Si sales mendemonstrasikan hardpanel merk TehSiba dengan cara mengetok-ngetok, dan softpanel merk Samsul seperti layar monitor laptop atau LED PC, kalo ditekan kayak nekan lembut di atas air ada riak gelombang kecil. Tapi sejatinya perbedaan ini tidak ada hubungannya dengan kualitas gambar. Lagian nggak ada orang yg akan nekan-nekan screen TV bukan? Jadi mestinya soal keamanan segi fisik ini hanya jaga-jaga aja jangan si kecil nusuk monitor TV soft panel make ujung pinjil. Langsung rusak deh.
Dari segi kualitas gambar, kami jamin anda pasti sulit membedakan, sumpah, karena anda dapat membedakan 2 hal secara visual, hanya apabila 2 hal visual itu anda lihat secara BERSAMAAN & DALAM SATU RUANG FOKUS PANDANG anda. Jika anda melihat kualitas gambar 1 TV lalu melihat kualitas gambar TV lain di ruang pandang yg berbeda saat yang berbeda, maka otak anda tidak dapat menyimpan perbedaan itu. Jadi yang otak anda lakukan kemudian adalah menyimpulkan bahwa perbedaan yang terjadi AKIBAT PENYETELAN.
Untungnya kami mendapat kesempatan yang baik, ketika supermarket memasang display TV berdampingan dalam kolom-kolom. Dalam satu kolom dari atas ke bawah dipajang TV LED mulai dari 55", 40", 32" dan 24". Kolom berikutnya TV merek lain dengan ukuran yang hampir setara. Dan video yang diputar pada 2 kolom berdampingan itu sama, sehingga kita dapat membandingkan kualitas gambarnya.
Dengan metode pengamatan ini, jika anda melihatnya dari jarak dekat, katakanlah 2-3 meter, kami katakan anda tidak akan dapat melihat bedanya. Semua terlihat sama bening, terlihat gambarnya sama cantik. Tetapi untungnya kami tanpa sengaja melihatnya dari jarak cukup jauh sekitar 7 meter.
Dari jarak itu, anda dapat melihat bedanya. Mengapa? Karena semakin lebar layar sebuah TV, maka fokus pandangan anda hanya jatuh pada area semput "di dalam" TV nya, anda tidak dapat melihat kedua TV yang berbeda merk itu sekaligus, anda harus pindah-pindah fokus, tetapi jika anda mundur menjauh, maka kedua TV yg berbeda pada posisi berdampingan itu, keduanya masuk dalam area fokus pandang anda.
Dari sinilah kami mengetahui bahwa salah satu TV itu menghasilkan gambar natural, sedangkan satunya lagi cenderung "kurang natural". Contoh paling nyata adalah gambar langit, TV yang satu menghasilkan gambar langit dengan graduasi warnanya mendekati warna aslinya, sementara TV yang satu kelihatan "ada bias" dari warna asli. Birunya terlihat "lain" kurang alami.
Hal lainnya adalah kualitas dan detail gambar. Jika dekat, terlihat kualitasnya sama, tetapi jika dari jauh, maka gambar terbaik yang dapat menunjukkan perbedaan adalah gambar padang rumput yang menguning daunnya kering. Pada shot tertentu gambar pada TV yang satu sudah terlihat "blur" dimana batang-batang rumput, atau ujung-ujung daun sudah mulai tidak kelihatan "bercampur", sementara di TV yang satu, anda masih dapat melihat detail batang buah rumput dan detail ujung daun. Demikian juga "padang rumputnya" pada TV yang satu warna padang rumputnya sudah "mulai homogen kuning" tapi pada TV yang satu, anda masih melihat bintik dan garis-garis dari rumput itu.
Disini kami mulai melihat perbedaan kualitas yang benar-benar nyata.
Apakah metode ini sudah final sehingga kami sudah dapat menentukan membeli TV mana? Ntar dulu. Masih ada satu metode lagi. Menurut penuturan sales di retailer elektronik besar yang lain, kami diberitahu, bahwa ada 2 TV LED dengan kualitas yang sama-sama dapat diadu menggunakan metode di atas, keduanya sama-sama unggul dalam detail dan naturalnya warna.
Tetapi si sales membisikkan "rahasia" : pertimbangkan mata anda. Tadinya kami tidak memahami apa maksudnya, lalu ia memberi alasan "Kalo anda memandang monitor LED komputer/laptop, warna dan detailnya terlalu tajam, bagaimana mata anda?". Kami menjawab "Cepat lelah". Itu dia. Salah satu TV dengan kualitas warna natural dan detail mengagumkan itu, ternyata "unsur kecerahan warnanya" saking tajamnya membuat mata cepat lelah, sedangkan TV LED yang satunya lagi terlihat "cool/adem". Si sales menjamin "ini bukan soal setelan kecerahan, intensitas warna, dll, tapi memang soal teknologi panel TV". Ohhh begitu?
Oke, apakah sudah dapat memilih? Ntar dulu, masih ada faktor penting. Jangan-jangan perbedaan kualitas tersebut di atas ditentukan oleh perbedaan type, artinya "bukan apple to apple". Ternyata tidak demikian, memang TV yang didisplay itu berada pada "level setara". Sama kayak kalo membandingkan mobil Bertiga vs Sipansa, anda harus membandingkan "type tertinggi lawan type tertinggi". Kayak gitulah. Nah sekarang tinggal faktor terakhir dan terpenting HARGA!!!!
Untungnya, karena faktor type di atas sudah diseleksi dan disetarakan, maka faktor harga menjadi "BETI", hampir setara, jadi bukan faktor pembeda lagi. Harganya pada kisaran yang sama atau berbeda tidak signifikan lagi.
Jadi saatnya kami memilih. Apakah membeli di supermarket atau retail elektronik besar? TENTU TIDAK. Pergi ke Pasar elektronika Glogok. :) Glogok pasti lebih murah Rp. 100 s/d Rp. 250.000,-.
Demikianlah kami memutuskan membeli TV LED 32".
Oh ya, satu lagi, ada feature baru yang baru saja ditambahkan produsen yaitu : TV DIGITAL. Banyak TV LED sekarang yang beredar masih ANALOG, artinya anda tidak akan dapat menangkap Siaran TV Digital dari stasion Analog. Saat ini sudah mulai banyak stasiun TV besar memancarkan siaran digital (meski belum semua). Jika TV anda analog, maka siaran digital ini tidak dapat anda tangkap. Tetapi jangan khawatir, karena semua TV Indonesia masih mengudara Analog. Siaran Digital belum dipaksakan oleh UU penyiaran yang baru.
Tetapi jikapun itu nanti dipaksakan, TV Analog anda masih bisa kok berfungsi dengan cara menambahkan alat konversi analog-digital.
Jadi TV LED 32" yang dipinang itu merk apa? Biarkan itu terserah pada kesimpulan anda sendiri. Hanya kata orang, itu bukan buatan China dan bukan buatan Indonesia, buatan negari jiran.
Comments
Post a Comment