Kanal Banjir Barat, Struktur Rancangan dan Buatan Belanda Yang Masih Berfungsi Sampai Sekarang

Menurut informasi pada website Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwing Cisadane, suatu institusi Pemerintah dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum, Kanal Banjir Barat adalah sebagai berikut  :

Banjir Kanal Barat dibangun pada masa pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1920 dari Pintu Air Manggarai hingga ke Muara Angke sepanjang 17,3 km merupakan kompensasi atas perubahan hutan karet yang diganti dengan perkebunan teh di kawasan puncak. Dengan perkembangan tata guna lahan dikawasan hulu dewasa ini, terjadi peningkatan debit yang masuk BKB yaitu dari Kali Baru, Kali Cideng, Kali Krukut, dan Kali Angke sehingga menyebabkan kapasitas alir BKB sudah tidak memadai lagi dan dapat menyebabkan limpasan bahkan jebolnya tanggul banjir kanal sehingga membahayakan kawasan disekitarnya. Pada tahun 2007 – 2009 telah diselesaikan Peningkatan Kapasitas dan Perkuatan Tebing Banjir Kanal Barat sepanjang 14,8 km dari pintu air manggarai sampai dengan jembatan pantai indah kapuk (PIK). Dengan selesainya pekerjaan pada akhir 2009, dapat meningkatkan kapasitas alir BKB dari 330 m3/det menjadi 507 m3/det di Pintu Air Manggarai, dari 507 m3/det menjadi 734 m3/det di Pintu Air Karet dan dari 842 m3/det menjadi 1.019 m3/det di PIK. Perkuatan tebing sungai dilaksanakan dengan konstruksi sheetpile beton sepanjang 16,5 km, Parapet wall sepanjang 16,7 km, Revetment sepanjang 2,1 km. Dalam pekerjaan ini dilaksanakan pula perkuatan jalan inspeksi sepanjang 12,4 km dan perbaikan pintu air sebanyak 9 unit.
Pada awal tahun 2014 ini Pemerintah DKI membangun tambahan tanggul di sepanjang Kanal Banjir Barat yang melintasi mulai dari Manggarai sampai dengan Karet, dengan membangun tembok di tepian kali setinggi +/- 2 (dua) meter.   Usaha tersebut dilakukan oleh Pemerintahan Gubernur Joko Widodo atau lebih dikenal Jokowi, mengantisipasi banjir besar awal tahun 2014. Antisipasi mana sangat tepat, mengingat peristiwa jebolnya tanggul Kanal Banjir Barat di jalan Latumenten, yang menyebabkan banjir bandang masuk ke kawasan Menteng, dan terus masuk sampai menggenangi basement Gedung Menara Bank UOB yang meminta korban dua orang office boy.  



Dengan pembangunan tambahan tanggul setinggi 2 meter tersebut limpahan air tidak akan tumpah lagi ke wilayah kota Jakarta yang sangat strategis sebagai kawasan bisnis itu.

Jakarta, Rabu, 28 Mei 2014

Comments

Popular Posts