Transportasi Masal Kereta Komuter Jabodetabek
Adalah Kementerian BUMN yang mulai memodernisasi sistem manajemen BUMN, dengan memasukkan orang2 profesional ke dalam perusahaan2 BUMN termasuk PT Kereta Api Indonesia. Namanya juga badan usaha, ya harus untung dong. Jangan BUMN dijadikan sapi perahan kotor politik, dan biang korupsi dan pemerasan. Sebagai biang pemerasan, maka Direktu yang ditunjuk oleh kuasa poliyik adalah orang mereka sendiri yang meladeni diperas, dan rela ngembat uang perusahaan BUMN sebagai mahar politik.
Nah paradigma kotor seperti ini telah perlahan mulai digeser dengan paradigma bersih dan profesional. Mungkin kita sudah bisa berharap BUMN mulai lega, dan lepas dari cengkeraman mafia politik, tetapi kebebasan penuh dari tangan kotor yang tak terlihat demikian, masih saja terjadi. Misalnya saja Direktur Utama di perusahaan BUMN besar umumnya masih terkait dengan kekuasaan politik tertentu.
Tapi, nggak usah dibahas terlalu jauh kejanggalan menyimpang yang merugikan seperti ini, lebih baik kita fokus pada fenomena pembenahan BUMN perkeretaapian khususnya di Jabodetabek. Belum genap 3 tahun lalu, kereta dalam kota Jabodetabek masih menyimpan kesemrawutan yang benar-benar nggak bisa ditolerir.
Waktu itu stasion2 kereta di manapun di Jabodetabek (kecuali St. Sudirman) layaknya tempat sampah. Sampah plastik mulai dari bungkus snack sampai kantung kresek plastik suka beterbangan di area sepanjang rel di sepanjang jalur peron, pabila kereta lewat, terbang disapu angin kereta melintas. Kesan sebagai tempat sampah terlihat sangat mencolok. Demikian juga dengan pembiaran yang dilakukan pengelola sebelumnya terhadap pedagang2, dimana para pedagang mulai dari penyewa kios, sampai pedagang asongan menguasai dan mempersempit ruang bagi pengguna jasa kereta, dengan cara berjualan sampai memakan setengah area peron.
Tapi sekarang, stasion kereta telah berubah total. Dimulai dengan melarang pedagang asongan, diikuti dengan menggusur semua tempat usaha kios di semua stasion, dan kemudian membuka tempat parkir mobil dan motor seluas-luasnya di areal setiap stasion.
Inti utama dari pembenahan itu adalah "menyerahkan kembali hak penumpang yang bayar". Hak atas kebersihan, hak atas ruang yang lega, hak atas akses yang mudah, dan hak atas parkir yang aman dan terjangkau. Ditinjau dari sudut manajemen, telah terjadi perubahan paradigma dari manajemen yang amburadul kepada suatu manajemen yang visi bagus pelayanan kepada pengguna jasa terlihat transparan dan jelas. dari tim yang tidak kapabel kepada suatu tim manajemen yang solid punya visi bagus untuk perusahaan.
Iseng2 lakukan hitungan sederhana, jumlah penumpang KRL Jabodetabek telah meningkat dari rata2 400.000 penumpang per hari menjadi 600.000 penumpang per hari, artinya terjadi kenaikan sejumlah 200.000 penumpang. Orang sebanyak itu, tadinya naik moda transportasi lain, misalmnya motor, mobil pribadi atau angkutan bus/metromini lainnya. Berapa banyak motor dan mobil pribadi yang berkurang akibat 200.000 orang yang beralih ke moda kereta listrik? Ya cukup membantu.
Dilihat dari perubahan drastis dari pada sebelumnya tidak ada satupun mobil pengguna jassa kereta api yang parkir di setiap stasion, dibanding sekarang, sudah puluhan bahkan ratusan mobil sudah diparkir di setiap stasion, akibat perluasan dan perbaikan sarana parkir. Secara sederhana sudah jelas bahwa mobil-2 itu tadinya masuk kota Jakrta, dan sekarang tidak lagi, diparkir di stasion2 kereta. Ini sudah memberikan sumbangsih solusi bagi kemacetan ibukota.
Satu-satunya masalah yang masih tertinggal adalah apa yang disebut "head-to-head time" yaitu waktu antara sebuah kereta dengan kereta di belakangnya. Jarak waktu ini sudah sulit diperpendek oleh PT KAI dibandingkan dengan di negera maju Singapura atau Hongkong, dimana tiap 3-5 menit, ada 1 kereta yang lewat. Alasan ketidakbisaan ini sederhana, karena track rel dalam sistem kereta api Jabodetabek adalah SEBIDANG dengan sistem transportasi jalan raya, sehingga titik irisan atau perlintasan jumlahnya mencapai ribuan. Sehingga sesuai perhitungan, jika head-to-head time kereta api diperpendek, maka konsekuensinya adalah perlintasan harus lebih sering ditutup lampu merah, dan ini sangat-sangat merugikan pengguna jalan raya, sehingga tidak dapat diterapkan.
Maka solusi sementara yang diambil adalah "memperpanjang keretanya". Dari sebelumnya dalam satu rangkaian kereta terdiri dari 8 (delapan) gerbong, kini ditambah menjadi 10 (sepuluh) gerbong per rangkaian. Secara sederhana artinya meningkatkan kapasitas angkut sampai dengan 25% yaitu 2 gerbong / delapan gerbong. Konsekuensi dari tindakan ini adalah keharusan "memperpanjang peronnya". Dan Puji Tuhan, kedua hal itulah yang sudah dilakukan oleh PT KAI Komuter Jabodetabek.
Dan lihatlah keberhasilannya bukan saja jumlah angkut penumpang naik 25%, eh malah naik 50% dari 400.000 penumpang/hari menjadi 600.000 penumpang/hari. Oh iya, keberhasilan ini tentu saja bukan karena faktor pembenahan infrastruktur dan hardware tersebut di atas, tetapi juga Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan menetapkan suatu tarif harga tiket sistem progresif berdasarkan jarak tempuh, dan itu tergolong sangat murah.
Kualitas layanan penumpang memang masih bisa ditemukan banyak ketidaknyamanan di sana-sini, namun arah perbaikan sudah terlihat jelas penerapannya dan keberhasilannya. Sehingga harapan untuk jauh lebih berkembang lagi di masa mendatang patut, sudah dan sedang, dan terus diperjuangkan. Dan pesan itulah yang diperlihatkan oleh PT KAI Jabodetabek kepada masyarakat. Pesan profesionalitas pengelola layanan publik di bawah panji Badan Usaha Milik Negara.
Oh iya, terdengar kabar, bahwa kesejahteraan pegawai PT KAI meningkat dari sisi pendapatan di bawa pulang, dan secara keuangan, PT KAI mulai mencatat untung/laba riil. Nah gitu dong namanya manajemen, bukan tangan jorok penggerogot uang rakyat yang dimasukin ke BUMN, tetapi orang profesional yang berbakti kepada bangsa dengan keahlian mangerial nya yang hebat, yang mendatangkan kesejahteraan bagi jutaan masyarakat.
selamat tinggal ketidakkompetenan dan kekotoran , selamat bergabung dan semakin banyak pria/wanita manajerial berdedikasi dan profesional membangun perkeretaapian khususnya dan BUMN umumnya.
ups, bagi wanita, silahkan naik di gerbong khusus wanita, gerbong yang pertama dan yang terakhir, kalo gabung di gerbong umum, bisa kegencet sama pria2 yang badannya notabene kuat dan kekar, apalagi yang sengaja ngisengin.
Nah paradigma kotor seperti ini telah perlahan mulai digeser dengan paradigma bersih dan profesional. Mungkin kita sudah bisa berharap BUMN mulai lega, dan lepas dari cengkeraman mafia politik, tetapi kebebasan penuh dari tangan kotor yang tak terlihat demikian, masih saja terjadi. Misalnya saja Direktur Utama di perusahaan BUMN besar umumnya masih terkait dengan kekuasaan politik tertentu.
Tapi, nggak usah dibahas terlalu jauh kejanggalan menyimpang yang merugikan seperti ini, lebih baik kita fokus pada fenomena pembenahan BUMN perkeretaapian khususnya di Jabodetabek. Belum genap 3 tahun lalu, kereta dalam kota Jabodetabek masih menyimpan kesemrawutan yang benar-benar nggak bisa ditolerir.
Waktu itu stasion2 kereta di manapun di Jabodetabek (kecuali St. Sudirman) layaknya tempat sampah. Sampah plastik mulai dari bungkus snack sampai kantung kresek plastik suka beterbangan di area sepanjang rel di sepanjang jalur peron, pabila kereta lewat, terbang disapu angin kereta melintas. Kesan sebagai tempat sampah terlihat sangat mencolok. Demikian juga dengan pembiaran yang dilakukan pengelola sebelumnya terhadap pedagang2, dimana para pedagang mulai dari penyewa kios, sampai pedagang asongan menguasai dan mempersempit ruang bagi pengguna jasa kereta, dengan cara berjualan sampai memakan setengah area peron.
Tapi sekarang, stasion kereta telah berubah total. Dimulai dengan melarang pedagang asongan, diikuti dengan menggusur semua tempat usaha kios di semua stasion, dan kemudian membuka tempat parkir mobil dan motor seluas-luasnya di areal setiap stasion.
Inti utama dari pembenahan itu adalah "menyerahkan kembali hak penumpang yang bayar". Hak atas kebersihan, hak atas ruang yang lega, hak atas akses yang mudah, dan hak atas parkir yang aman dan terjangkau. Ditinjau dari sudut manajemen, telah terjadi perubahan paradigma dari manajemen yang amburadul kepada suatu manajemen yang visi bagus pelayanan kepada pengguna jasa terlihat transparan dan jelas. dari tim yang tidak kapabel kepada suatu tim manajemen yang solid punya visi bagus untuk perusahaan.
Iseng2 lakukan hitungan sederhana, jumlah penumpang KRL Jabodetabek telah meningkat dari rata2 400.000 penumpang per hari menjadi 600.000 penumpang per hari, artinya terjadi kenaikan sejumlah 200.000 penumpang. Orang sebanyak itu, tadinya naik moda transportasi lain, misalmnya motor, mobil pribadi atau angkutan bus/metromini lainnya. Berapa banyak motor dan mobil pribadi yang berkurang akibat 200.000 orang yang beralih ke moda kereta listrik? Ya cukup membantu.
Dilihat dari perubahan drastis dari pada sebelumnya tidak ada satupun mobil pengguna jassa kereta api yang parkir di setiap stasion, dibanding sekarang, sudah puluhan bahkan ratusan mobil sudah diparkir di setiap stasion, akibat perluasan dan perbaikan sarana parkir. Secara sederhana sudah jelas bahwa mobil-2 itu tadinya masuk kota Jakrta, dan sekarang tidak lagi, diparkir di stasion2 kereta. Ini sudah memberikan sumbangsih solusi bagi kemacetan ibukota.
Satu-satunya masalah yang masih tertinggal adalah apa yang disebut "head-to-head time" yaitu waktu antara sebuah kereta dengan kereta di belakangnya. Jarak waktu ini sudah sulit diperpendek oleh PT KAI dibandingkan dengan di negera maju Singapura atau Hongkong, dimana tiap 3-5 menit, ada 1 kereta yang lewat. Alasan ketidakbisaan ini sederhana, karena track rel dalam sistem kereta api Jabodetabek adalah SEBIDANG dengan sistem transportasi jalan raya, sehingga titik irisan atau perlintasan jumlahnya mencapai ribuan. Sehingga sesuai perhitungan, jika head-to-head time kereta api diperpendek, maka konsekuensinya adalah perlintasan harus lebih sering ditutup lampu merah, dan ini sangat-sangat merugikan pengguna jalan raya, sehingga tidak dapat diterapkan.
Maka solusi sementara yang diambil adalah "memperpanjang keretanya". Dari sebelumnya dalam satu rangkaian kereta terdiri dari 8 (delapan) gerbong, kini ditambah menjadi 10 (sepuluh) gerbong per rangkaian. Secara sederhana artinya meningkatkan kapasitas angkut sampai dengan 25% yaitu 2 gerbong / delapan gerbong. Konsekuensi dari tindakan ini adalah keharusan "memperpanjang peronnya". Dan Puji Tuhan, kedua hal itulah yang sudah dilakukan oleh PT KAI Komuter Jabodetabek.
Dan lihatlah keberhasilannya bukan saja jumlah angkut penumpang naik 25%, eh malah naik 50% dari 400.000 penumpang/hari menjadi 600.000 penumpang/hari. Oh iya, keberhasilan ini tentu saja bukan karena faktor pembenahan infrastruktur dan hardware tersebut di atas, tetapi juga Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan menetapkan suatu tarif harga tiket sistem progresif berdasarkan jarak tempuh, dan itu tergolong sangat murah.
Kualitas layanan penumpang memang masih bisa ditemukan banyak ketidaknyamanan di sana-sini, namun arah perbaikan sudah terlihat jelas penerapannya dan keberhasilannya. Sehingga harapan untuk jauh lebih berkembang lagi di masa mendatang patut, sudah dan sedang, dan terus diperjuangkan. Dan pesan itulah yang diperlihatkan oleh PT KAI Jabodetabek kepada masyarakat. Pesan profesionalitas pengelola layanan publik di bawah panji Badan Usaha Milik Negara.
Oh iya, terdengar kabar, bahwa kesejahteraan pegawai PT KAI meningkat dari sisi pendapatan di bawa pulang, dan secara keuangan, PT KAI mulai mencatat untung/laba riil. Nah gitu dong namanya manajemen, bukan tangan jorok penggerogot uang rakyat yang dimasukin ke BUMN, tetapi orang profesional yang berbakti kepada bangsa dengan keahlian mangerial nya yang hebat, yang mendatangkan kesejahteraan bagi jutaan masyarakat.
selamat tinggal ketidakkompetenan dan kekotoran , selamat bergabung dan semakin banyak pria/wanita manajerial berdedikasi dan profesional membangun perkeretaapian khususnya dan BUMN umumnya.
ups, bagi wanita, silahkan naik di gerbong khusus wanita, gerbong yang pertama dan yang terakhir, kalo gabung di gerbong umum, bisa kegencet sama pria2 yang badannya notabene kuat dan kekar, apalagi yang sengaja ngisengin.
Comments
Post a Comment