Malu Kepada Malaysia
Menjelang arus mudik tahun 2015, ada bukan saja berita tapi juga upaya untuk mempercepat penyelesaian Jalan Tol Cikoko - Palimanan, dan sebagian Tol Pejagan Pemalang. Dan memang berita dan upaya tersebut nyata adanya, tol terpanjang tersebut beroperasi.
Ada satu fakta yang perlu diperhatikan oleh masyarakat pengguna jalan tol. Fakta itu dimulai dari berita kecelakaan ketika jalan tol itu pertama dioperasikan. Dan anehnya, berita kecelakaan itu yang tidak semua fatal merenggut jiwa, ketika ditanyakan kepada saksia mata atau mereka yang terlibat dalam kecelakaan itu : "Apa penyebabnya?". Ini "Sopir mengantuk dan mobil ngebut kecepatan tinggi akibat JALAN MULUS".
Jika kita sudah biasa nyetir ke Bandung di atas jalan tol Cipularang yang panjangnya sebanding dengan Tol Cipali, maka ngantuk dan nyaman itu jarang terjadi. Mengapa? Karena jalan tol Cipularang bergelombang sehingga "radar / alarm bahaya" secara alamiah si pengemudi akan nyala terus, pengemudinya waspada.
Jika kita boleh jujur, dan memang sebaiknya setiap orang jujur, dari jalan tol di Indonesia yang "hanya sejengkal panjangnya" (dibandingkan jalan di negara-negara maju lainnya) membandingkan jalan yang dikerjakan oleh Kontraktor Asing dan dikerjakan oleh Kontraktor Dalam Negeri (Pribumi), maka kualitasnya sangat terasa bedanya. Jalan tol yang dikerjakan kontraktor asing kualitas jalannya MULUS, TIDAK BERGELOMBANG, sedangkan jalan tol yang dikerjakan KONTRAKTOR PRIBUMI sami mawon KURANG MULUS dan BERGELOMBANG.
Hanya ada 2 jalan tol yang benar-benar KERATAAN JALANNYA memuaskan, yaitu Tol Jagorawi yang dibangun Kontraktor Korea pada akhir era tahun 70-an, dan CIPALI yang dibangun KONTRAKTOR MALAYSIA selesai tahun 2015. Selebihnya memiliki banyak hal yang dikeluhkan pengguna.
Contohnya jalan tol KANCI-PEJAGAN, jalan tersebut benar-benar menimbulkan keengganan pada supir truk, karena selain tidak rata, sambungan jalannya dapat membahayakan kondisi kendaraan karena suka "kejedug", lama-lama per dan as roda bisa rusak. Demikian juga Tol Cipularang yang sudah disebutkan di atas. Tol Jakarta Merak juga dulu sempat lama bermasalah pada kualitasnya, tetapi syukurlah belakangan ini setelah investornya mengeluarkan banyak biaya perbaikan, maka tolnya "lumayan mulus" skarang. Tol 100% Jembatan: Tol Cawang Priok, kalo mobil anda kondisi tekanan bannya terlalu keras, dan menggunakan udara (bukan nitrogen), maka dijamin penumpang anda akan mengeluh. Karena setiap sambungan dilewati mobil akan bersuara mengganggu karena "kejedug".
Kondisi-kondisi tersebut di atas, seandainya Kontraktor Asli Indonesia memiliki rasa malu atas prestasi membangun yang kurang berkualitas, dan fakta kontraktor asing terutama Malaysia yang setara dengan Indonesia hasil karya mereka JAUH LEBIH BAGUS KUALITASNYA (padahal Biaya Proyek Tol kan ditentukan oleh Badan Pemerintah sendiri/ BPJT) jadi sama dan valid perhitungannya), maka mereka akan sangat terpukul dan tertantang.
Bangsa Jepang malu jika diketahui dirinya nggak perfek. Bangsa Indonesia, kalo nggak perfek, maka ia akan mem"praperadilankan" mereka yang memberi nilai tidak perfek kepadanya. Ini kondisi mentalitas yang buruk dan tidak membangun bangsa.
Seharusnya kontraktor jalan tol Indonesia berkaca dari Jagorawi dan CIPALI, berkaca dari cara kerja Kontraktor ASing, terutama berkaca dari cara kerja orang Malaysia. Mana hasil karya jalan tol anak bangsa yang layak diapresiasi kualitasnya PADA KESEMPATAN PERTAMA?
KEMUNGKINAN PENYEBAB
Sudah disebutkan di atas bahwa BIAYA PROYEK JALAN TOL itu mendapat persetujuan dan validasi dari Badan Pemerintah bernama BPJT, yang berada di bawah Kementerian Pekerjaan Umum (PU). jadi baik orang Korea, baik orang Indonesia, baik Orang Malaysia, jika mengerjakan jalan tol manapun, mestinya dapat menunjukan KUALITAS YANG BAIK.
Jadi mengapa jalan tol yang dibangun oleh kontraktor dalam negeri CENDERUNG RENDAH KUALITASNYA?
Jawaban paling sederhana adalah: OPTIMALISASI/EFEKTIFNYA PENGGUNAAN BIAYA/ANGGARAN.
Kualitas jalan tol yang buruk/rendah atau bagus berhubungan langsung dengan BESARNYA BIAYA YANG DIGUNAKAN per satuan kerjanya/unit. Semakin kecil dana yang dipakai membangun volume satuan, semakin buruk hasilnya, sebaliknya semakin besar dana ditanamkan per unit, maka hasilnya semakin bagus.
Lalu mengapa kontraktor Malaysia punya jalan tol yang bagus kualitasnya? Ya karena ia menggunakan dana cukup besar pada satuan volume jalan tolnya. Lho mengapa kontraktor Indonesia menggunakan SEDIKIT DANA PER UNIT/VOLUME? Padahal secara biaya yang disetujui oleh BPJT relatif sebanding. Ada apa?
Bukan rahasia jika disana telah terjadi pengurangan kualitas dari pekerjaan konstruksinya. Sudah tidak ada alasan lain lagi. Jika ada yang bilang Soal metode kerja, itu malah menghasilkan jawaban sebaliknya. Semakin bagus metode kerja maka SEMAKIN SEDIKIT dana yang digunakan, tetapi HASIL KERJA SEMAKIN BAGUS (Improvement). Hal itu nyatanya tidak terjadi pada hasil karya kontraktor tol dalam negeri. Karena sedikitnya penggunaan dana bukan karena IMPROVEMENT, tetapi karena sebab lain, bisa jadi KORUPSI.
Mengapa bisa terjadi?
Bukan rahasia lagi jika kontraktor harus berbagi keuntungan dengan berbagai pihak yang memenangkan dia. Pembagian yang demikian akan sulit terjadi jika Kontraktornya bangsa asing. Ia tidak mau memainkan permainan "sogok-menyogok" karena ia ada di negeri orang, dalam kekuasaan yang tak dapat ia kendalikan. Maka satui-satunya cara adalah MENGERJAKAN SESUAI TUNTUTAN DALAM RANCANGAN.
Sementara Kontraktor Dalam Negeri disamping penguasaan "medan", mereka juga memiliki keberanian karena RELASI, wong ini di negeri sendiri kok. Saya bisa "memegang si A di instansi X, si B di instansi Y". Banyaknya stake holder yang perli DIENTERTAIN demikianlah yang menyedot sebagian signifikan dana untuk membangun satuan volume, dan pada gilirannya menghasilkan jalan tol yang mengecewakan masyarakat pengguna.
Hal itu pada akhirnya kembali pada hati nurani, moralitas dan spiritualitas dari orang Indonesia pelaku pekerjaan konstruksi jalan tol sendiri. Jika mereka memiliki harga diri dan rasa malu atas hasil kerja mereka yang KURANG BERKUALITAS, karena HASIL KERJA KONTRAKTOR MALAYSIA diapresiasi oleh amsyarakat, maka mereka harus BERHENTI MELAKUKAN PRAKTEK BIAYA TINGGI, memberi dana kepada orang-orang yang TIDAK PERLU.
Jika di Jepang, sudah ada kontraktor indonesia yang mungkin bunuh diri karena malu hasil karyanya tidak berkualitas. tapi ini Indonesia, para kriminal berdasi malah bisa maju lagi menjadi pejabat Pemerintah.
Sebaiknya ADA BUDAYA MALU .....
Comments
Post a Comment