Waspada !!! Ketamakan Invsetor Kebun Sawit dan Tambang Yang Merusak Lingkungan

Apakah kebodohan atau kekurangan pengetahuan atau keserakahan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup? Jawabannya sangat pasti : YA sendiri-sendiri maupun kombinasi.

Jika kita meneliti apa yang disebut "kearifan lokal masyarakat asli", maka kita akan mengetahui bahwa kebodohan itu pasti dari orang luar, pihak yang tidak secara langsung hidup dari lingkungan itu. Suku Sasak di Lombok, suku Badui di Banten, suku asli Papua, suku Dayak asli Kalimantan, suku Anak Dalam di Jambi, orang Bali, semuanya memiliki kearifan atau kepandaian lokal yang sangat melindungi alamnya.

Tetapi ketika kapital pengusaha sawit mulai melirik tanah subur Sumatera dan Kalimantan, ketika penjarah hutan dari Jawa mulai melirik hutan Kalimantan dan Papua, ketika tambang logam di Halmahera dan Sulawesi menarik minat besar para pemangsa alam beruang banyak dari Jakarta, maka habitat asli, alam lingkungan yang asli mulai terancam celaka. Sayangnya ancaman yang sangat membahayakan justru datang dari Pemerintah yang tak kreatif dan korup. Sudah nggak punya ide masih juga korup.

Ada program pemerintah untuk memenuhi permintaan CPO dunia yang terus meningkat, maka Pemerintah mendorong pembukaan kebun sawit. Dan Sumatera sudah dirancangkan sebagai tempatnya.  Apa yang terjadi adalah akhir tragis dari habitat alamiah asli tanah Andalas. Prosentasi yang mengenaskan dari hutan asli Sumatera, Kalimantan dan Papua telah hilang, dan tak mungkin kembali, berganti dengan kebun sawit.  Ribuan species tanaman yang sangat asli dan berguna, kini digantikan dengan 1 (satu) jenis tanaman saja Sawit.  Hutan luas tempat ribuan species hewan asli sejak zaman purbakala, kini berubah menjadi puluhan ribu hektar kebun sawit yang dihuni hanya oleh tikus dan babi hutan.

Jadi apakah kekurang pengetahuan atau ketamakan yang merusak lingkungan hidup?

jawabannya jatuh pada keduanya kurang pengetahuan dan ketamakan termasuk ketamakan Pemerintah mendorong programnya, maupun ketamakan pengusaha bermodal besar.

Satu hal yang paling mengenaskan terjadi adalah pemodal tersebut mengakuisisi lahan, tanahmasyarakat dengan harga yang nggak kebayang gilanya.  Tanah Sumatera Selatan yang di dalamnya dipenuhi oleh Batubara yang sangat berharga  hanya diakuisisi dengan sangat murah, bahkan melalui ancaman dan kongkalikong dengan kepala desa dan camat. Kebodohan pemerintah desa yang menjual tanah airnya dengan murah meriah, ibarat kata dilacurkan kepada pemilik uang, bahkanpolisi desa yang juga sanggup dibeli moralnya, sehingga sanggup represif kepada rakyatnya sendiri.

Kami pernah bertemu dengan seorang investor tambang logam dan berkata "Saya sendiri muak dengan praktek gila yang membeli tanah yang kaya tambang bernilai triliunan rupiah, dengan harga yang bahkan ia sendiri sakit hati mengingat angkanya, saking gila sableng kecil dan tak berartinya. Dan saya muak setelah berkah alam milik warga tersebut dikeruk hasilkan uamg triliunan rupiah, tambang itu dibiarkan menjadi kecelakaan alam bagi penduduk sekitar, notabene pemilik asli".

Perkataan investor yang masih punya hati itu, sangat menusuk hati kami. Tetapi kami juga percaya investor itu meski hatinya sakit, sebenarnya ia tak berdaya dalam kecelakaan moralnya sendiri. Ketamakannya tidak sanggup mengatasi kelembutan hatinya. Meski ia tahu ia bisa merasakan penderitaan, tetapi ia tidak mau juga berhenti mengoperasikan tambangnya. Jadi kami berpikir omong kosong juga omongan kosng seperti investor itu.

Kami ingin mengkampanyekan kepada penduduk di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, agar pertahankan harga dari kearifan lokal adan yang memberkati alam alam lingkungan. Jangan tukarkan dengan uang yang secuil itu, karena sesungguhnya investor tambang dan perkebunan dari Jakarta dan Tanah Jawa sesungguhnya hanyalah predator celaka yang menghancurkan alam karunia Tuhan Maha Kuasa yang ada dalam genggaman anda-anda, dan kecelakaan yang dibawanya itu sesungguhnya merupakan keuntungan triliunan rupiah bagi mereka, bahkan tidak sepeser puna dibagi untuk anda dan masyarakat anda.  Jika anda menerima "bantuan untuk masyarakat adat, bantuan rumah ibadahanda",jangan beli omong kosong itu, karena itu uang anda sendiri, dan bahkan uang anda yang hanya seukuran tai kuku, yang telah diembatnya.

Anda-anda jangan sekali-kali percaya kepada Pemerintah dengan tetek bengek program pembangunannya, karena sesungguhnya Pemerintah tidak pernah memikirkan penduduk asli, yang mereka pikirkan adalah target pemerintahnya yang harus ia capai dalam masa lima tahun saja. Apakah anda-anda dapat mempercayai Pemerintah yang hanya peduli pada diri dan program mereka, dan rela mengorbankan tanah ulayat milik nenek moyang anda dan milik anak cucu anda kepada penipu berduit dari Jakarta dan tanah Jawa?

Bahkan anda jangan percaya kepada Pemerintah kabupaten, pemerintah kecamatan dan pemerintah desa anda sendiri, apabila mereka tidak memiliki visi dan misi menyelamatkan alam asli pemberian TUHAN Yang Maha Kuasa dan jadi warisan nenek moyang anda dan yang akan anda wariskan ke anak cucu.  

Ingat kata kami ini : INVESTOR KEBUN SAWIT DAN TAMBANG ADALAH PREDATOR CELAKA BAGI LINGKUNGAN HIDUP HABITAT ASLI SUMATERA, KALIMANTAN, PAPUA DAN SULAWESI.   

Comments

Popular Posts